2012年1月19日木曜日

Burung disebelah kamar mayat

Mereka menyebut ruang-ruang ini; Ruang 23, ruang-ruang dimana banyak orang sakit berada disini, tepatnya disebelah kamar mayat. Mereka meletakkan ruang-ruang ini disebelah kamar mayat, yang banyak dikunjungi para wartawan yang meliput berita kecelakaan. Sederet kamar seperti kamar-kamar lainnya dalam rumah sakit ini. Sebuah kolam ikan yang cukup indah berada ditengah ruang-ruang, dan taman ini selalu hijau dengan rumput peliharaan. 

Selalu terdengar racauan, rintihan, bahkan jeritan mereka, dalam bangsal-bangsal isolasi. Terkadang jeritan-jeritan putus asa dan menyayat dari jiwa-jiwa yang ada dalam dunia mereka sendiri. Aku disini karena aku seorang perawat, tepatnya seorang perawat yang masih mahasiswa. Entahlah, disini aku berpraktek, meski aku agak ragu sebelumnya, namun ternyata, ada banyak hal disini yang menjadi bunga hari-hariku.

Gadis itu bernama Lisa, ia berada disini karena ia adalah seekor burung. Hari ini kulihat dia 'terbang' dengan mengepakkan kedua 'lengannya' sambil berlari berkeliling taman. Kemarin ia bicara padaku, ia baru saja men'scanning' kota dengan mata elangnya yang paling tajam, dan ia melihat banyak, banyak sekali hal. Katanya ia melihat bekas pesawat militer Belanda diatas sebuah bangunan, yang tidak pernah diketahui orang-orang dikota ini. Ia ingin memberitahu pak Gubernur, bahwa burung-burung hendak berdemo, menuntut keadilan atas asap kota yang pedih untuk mata burung-burung.

Lain halnya dengan Rudi, ia berada disini karena ia selalu melihat sesuatu dibelakang kepalanya, kemarin ia meminjam kaca dari kamar sebelah, dan menggabungkannya dengan kaca dari kamarnya, dan berusaha melihat ada apa dibalik kepalanya, karena matanya berada didepan, katanya. Rambutnya yang sudah cukup rapi disisir dengan sangat hati-hati, kira-kira ratusan kali sisiran rambut. Orangtuanya berkali-kali mengatakan bahwa rambutnya sudah rapi. Ia tak peduli, dan ia disuruh meminum pil berwarna orange yang katanya dapat membuat orang tidur selama tiga hari berturut-turut, namun hanya membuatnya tidur beberapa jam saja.

Ratih berada disini karena ia gila uang, meskipun ia seorang murid SD anak seorang tukang becak. Bapaknya yang tukang becak itu pernah berada disini juga, karena bingung... Bingung akan pikiran-pikirannya sendiri. Sewaktu melihat televisi bersama dua hari lalu, bapak Ratih memberitahuku bahwa ia tidak gila, tapi ia hanya bingung, aku belum mengerti, apa yang disebutnya sebagai 'bingung'. Mengomentari film warkop DKI yang sedang diputar, ia dengan sungguh-sungguh mewanti-wanti aku, bahwa aku jangan sampai 'bingung' dalam hidup. Buktinya; Dono yang pelawak itu saja bisa stress dan meninggal katanya, sungguh dalam ia menasehati aku. Sedangkan Ratih, anaknya, masih dirawat disini. Ratih ingin memiliki uang yang banyak sekali, dan ia ingin bekerja tidak usah sekolah lagi. Ratih dibawa kesini dengan paksa, membuatku merasa, Ratih tidak seharusnya disini karena ia masih kecil.

Kemarin, dalam sesi terapi bicara, saya terkejut bahwa ternyata si Endro bisa melukis, dengan sangat luar biasa, belum lagi kemampuannya memetik gitar, yang membuatku berdecak kagum. Lukisannya tentang sebuah pagi di padang liar yang penuh dengan bunga-bunga adalah lukisan terbaik yang pernah kulihat. Hari-hariku disini justru berwarna dan aku hanya tahu, sebenarnya mereka tidak gila seperti apa kata orang, mereka hanya memiliki dunianya sendiri, dunia yang tidak kita miliki.

0 件のコメント:

コメントを投稿

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...