2014年3月20日木曜日

Mati

Hari ini seorang yang saya kenal di perkumpulan agama ada yang meninggal, hari Kamis atau malam Jumat. Moment seperti ini dianggap hari yang baik untuk meninggal karena menurut Hadits orang yang meninggal pada malam jumat hingga jumat akan terhindar dari siksa kubur. Kematian ini adalah berkah bagi kami yang percaya, kebetulan tadi karena saya telat datang waktu jenasah sudah akan dibawa ke kubur sekitar pukul 8 malam. Akhirnya setelah dikuburkan pada malam Jumat, malam yang keramat bagi banyak orang, saya dan beberapa gelintir orang yang belum sempat mensholati jenasah, sholat di kuburan itu juga, didepan kuburan baru yang masih basah tanahnya, setelah menaburkan tanah tiga genggam diatasnya. Bagi orang yang lain agama ataupun orang islam yang lain kepercayaan, hal seperti hari kematian yang menggembirakan yang saya utarakan itu bisa saja terasa agak aneh. Tapi memang benar, kami dalam pengajian yang sama beranggapan demikian karena memang ada literatur hadisnya. Tapi saya menuliskan ini bukan dalam rangka hendak mengadu kepercayaan. Saya merasa ada sesuatu yang lain yang ingin untuk saya utarakan.


Saya lihat dalam sebuah video arsitektur bahwa orang India beragama Hindu yang percaya, yakin dan gembira bila meninggal didekat sungai Gangga. Apabila ada anggota keluarga akan meninggal dan dalam keadaan sekarat, keluarganya akan membawanya ke dekat sungai Gangga, dalam rumah-rumah sekarat, rumah untuk menunggu kematian. Beribu orang sudah datang ketempat sederhana itu, menunggu mati. Menurut kepercayaan Hindu tersebut, mati ditempat suci adalah mulia dan jasad mereka bisa langsung dikremasi didekat sungai Gangga. Didalam rumah sekarat itu sekeluarga menunggu ajal menjemput seseorang entah itu Ibu, Bapak, Kakek, Nenek atau anak dan cucu. Waktu seperti itu mirip perayaan bagi mereka, dengan taburan bunga, basuhan air dan penganan kecil.

Jasad orang meninggal dibawa dekat dengan situs kremasi disebelah sungai Gangga. Situs itu penuh dengan kayu-kayu dan bekas abu pembakaran jenasah. Jenasah-jenasah yang datang ke situs itu dibungkus oleh kain sutra emas yang dijual diperkampungan dan toko-toko yang mirip seperti slum, dentingan bel kematian tak henti-hentinya terdengar seiring dengan orang yang mengantar jenasah sambil berkata 'nam, nam', dan sapi-sapi yang berkeliaran bebas. Situs yang mencekat, melihat tubuh-tubuh manusia dibakar diatas bara kayu. Bagi yang tidak biasa melihatnya bisa sedikit sakit perut, kebetulan itu yang terjadi pada saya saat pertama kali melihat video itu. Tapi ini tayangan budaya, kita melihatnya bukan dalam rangka menghakimi.

Aghori, adalah salah satu anomali disekitar situs-situs kremasi seperti ini. Sekte Hindu ini tersebar di situs-situs kremasi Hindu diseluruh dunia, yang memiliki hubungan erat dengan jenasah-jenasah. Aghori adalah salah satu sekte Hindu yang berarti kurang lebih 'tidak jijik'. Mereka menjalankan kehidupan dimana tidak ada hal yang menjijikkan bagi mereka, yang pada kenyataannya merupakan gaya hidup yang teramat jauh dari batas-batas normal menurut orang yang tidak biasa. Saya sendiri tidak mengetahui apakah mereka selalu seperti ini; memakan jenasah manusia yang meninggal dan tidak dikremasi, karena sakit, atau karena sebab lain. Dalam beberapa sumber di internet, memakan jenasah atau kanibalisme adalah bagian dari ritual dan itu sebabnya mereka 'tidak jijik'. Gaya hidup itu, melebar hingga kehidupan selibat yang ekstrim, seperti menusuk bagian tertentu yang berfungsi reproduksi. Tentunya juga termasuk minum dari cawan tengkorak manusia dan menghias wajah dan seluruh tubuh dengan abu orang mati. Kesemuanya adalah suatu cerminan dari menjauhkan diri dari kehidupan duniawi yang menipu dan fana.

Pada kenyataan-kenyataan seperti itu, yang hadir dalam jiwa saya adalah suatu jenis kesadaran yang hakiki. Meskipun rasanya selalu masih parsial untuk menyimpulkan sesuatu yang besar dari sesuatu yang kecil-kecil seperti ini. Seperti waktu saya tadi sholat didepan kuburan dengan meyakini sesuatu, bahwa hidup tidak sempurna dan akhirnya juga akan seperti ini adanya; mati. Hidup menjadi sesuatu yang patut dipertanyakan lagi; untuk apa kita hidup; dan untuk apa sombong. Sholat jenasah diatas kuburan adalah suatu jenis pertapaan ditengah keramaian; topo ngrame, istilahnya. Saya akui saya sendiri sering lupa akan hal ini, saya sering sombong, sebagai manusia keinginan untuk sukses, berjabatan tinggi atau pamer pada akhirnya akan seperti ini juga. Pada beberapa waktu saya justru iri dengan setiap orang yang tidak memiliki apa-apa, tidak tertekan untuk punya jabatan, kekayaan atau kegelimpangan harta. Diantara mereka banyak yang miskin harta tapi kaya hati, memberi dengan tulus. Terlepas dari apapun agama mereka, agama saya (kebetulan) mengajarkan bahwa 'kaya itu bukan kaya harta, tapi kaya hati', demikian menurut Utusan itu. Tapi memang sebagai manusia, perasaan ingin lebih dan lebih adalah perasaan yang nyata dan ada. Tugas kita adalah menjadi kaya hati, lebih dari kaya harta.

0 件のコメント:

コメントを投稿

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...